Ada seorang laki-laki tua, setiap pagi
melakukan meditasi dibawah pohon di tepi sungai Gangga. Suatu hari, ketika ia
selesai meditasi, ia melihat seekor kalajengking yang tidak berdaya di air
sungai itu. Arus air sungai gangga membawa kalejengking itu menjadi dekat
dengan pohon, dan orang tua itu menjangkau untuk menyelematkannya. Tetapi,
ketika orang tua tersebut, menyentuhnya, kalajengking itu menyengatnya. Dengan
reflek, orang itu menarik tangannya. Satu menit kemudian, orang itu mencoba
untuk menolong lagi. Kali ini, kalajengking itu menyengat sangat kuat dengan
ekornya yang beracun, sehingga tangan orang itu membengkak dan berdarah.
Pada saat itu ada seorang pemuda yang
lewat dan melihat orang tua itu sedang berausaha melepaskan kalajengking itu.
Ia berkata: “Hey, orang tua yang bodoh, apa yang tidak beres denganmu? Hanya
orang yang tolol saja yang mau mengambil resiko untuk menyelamatkan binatang
yang jelek dan jahat ini. Tidakkah engkau tahu, bahwa engkau dapat membunuh
dirimu sendiri dalam menyelamatkan kalajengking yang tidak tahu berterimakasih
itu?”
Sambil melihat kepada pemuda itu, orang
tua itu berkata: “Anak muda, hanya karena itu adalah seekor kalajengking yang
sifat alaminya menyengat, tidaklah mengubah sifat alamiku untuk menyelamatkan”.